Soerjadi Wh.
Salah satu persoalan yang sangat penting dalam masalah Negara adalah penyediaan pangan bagi penduduknya. Untuk mengatasinya telah banyak upaya dengan meningkatkan teknologi pertanian; namun sejauh peningkatan teknologi tersebut masih ada kendala yang tidak mudah diatasi dengan teknologi, yakni masalah cuaca dan iklim. Tanaman masih belum dapat dipisahkan dari faktor cuaca dan iklim. Kegagalan panen masih banyak terjadi karena ketidak cukupan cuaca / iklim yang diperlukan bagi tanaman.
Jadi bagaimana menyikapi cuaca dan iklim bagi pertanian?
Iklim telah tersedia secara alami; namun manusia meskipun dengan ilmu dan teknologinya tidak mampu mengendalikan kecuali dalam skala yang terbatas. Oleh karena itu upaya yang bijaksana dalam meningkatkan keberhasilan usaha produksi pertanian yang maksimal adalah menyesuaikan kegiatan usahanya dengan peri laku cuaca dan iklim yang ada.
Tanaman selain memerlukan tanah tertentu dan kecukupan zat hara, juga memerlukan air dan radiasi matahari yang cukup dalam waktu bersamaan. Dari sifat tersebut dapat dikemukakan bahwa paling tidak ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam produksi pertanian tanaman, yaitu :
a. Kebutuhan dan tanggap tanaman kepada cuaca dan iklim, tanah, dan air;
b. Karateristik lokasi dari unsur tanah (fisik maupun kimiawi);
c. Karakteristik lokasi dari unsur cuaca dan iklim.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka fungsi meteorologi dalam pertanian yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam hal sebagai berikut (WMO 134) :
(1) Pemonitoran (termasuk teknik, pengumpulan data, analisis, percobaan)
(2) Dampak cuaca/iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kualitas dan kuantitas produksi,
(3) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman, kerusakan tanaman, kehilangan produksi,
(4) Dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim,
(5) Dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi,
(6) Dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan,
(7) Dalam kaitannya dengan Operasi managemen,
(8) Dalam kaitannya dengan kehutanan,
(9) Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi
Apa saja yang perlu dilakukan?
Kegiatan pertanian, kehidupan tanaman, berlangsung secara terus-menerus fase demi fase, dan setiap fase memerlukan kondisi cuaca tertentu. Demikian pula cuaca terus-menerus berlangsung dan juga selalu berubah. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu sejalan dengan yang diperkukan bagi tanaman dalam fase itu. Dengan demikian memonitor, termasuk menganalisis dan memprediksi cuaca / iklim perlu dilakukan agar dapat dilakukan penilaian dan upaya penyesuaian dengan adanya cuaca yang terjadi atau yang akan terjadi.
Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi atau akan mempengaruhi kehidupan tanaman.
Adanya fenomena ekstrem misalnya badai, embun beku, polusi, dapat secara langsung merusak tanaman. Upaya pecegahan atau pelindungan perlu dilakukan. Dalam hal tersebut informasi klimatologi tentang keseringan sesuatu fenomena ekstrem di suatu tempat , gawar (warning) dan prediksi akan adanya fenomena ekstrem sangat diperlukan.
Sebagai sumberdaya, cuaca dan iklim perlu dianalisis dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pertanian.
Untuk apa saja informasi cuaca dan iklim dalam pertanian?
Kegiatan pertanian adalah upaya yang berkaitan dengan pembudi dayaan tanaman. Kegiatan pertanian sangat beragam, demikian pula nilai cuaca dan iklim yang diperlukan.
Pada dasarnya cuaca/iklim dimanfaatkan untuk membuat perencanaan, yakni perencanaan stratejik dan perencanaan operasional, serta pengendalian pelaksanaan kegiatan pertanian. Perencanaan stratejik meliputi perencanaan tata guna lahan, perencanaan pola tanam. Perencanaan operasional meliputi perencanaan penyiapan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, transportasi.
Untuk membuat perencanaan tata guna lahan dan pola tanam diperlukan informasi klimatologi yang memberi gambaran tentang kebiasaan cuaca di daerah yang dimaksudkan. Nilai-nilai cuaca yang diperlukan utamanya adalah nilai rata-rata, nilai kisaran, dan nilai keseringan.
Untuk membuat perencanaan operasional, diperlukan informasi cuaca yang sedang berlangsung dan prakiraan cuaca dari jangka waktu sedang sampai jangka panjang (musim).
Untuk melaksanakan kegiatan misalnya pada waktu pengolahan tanah, diperlukan informasi cuaca yang sedang berlangsung dan prakiraan cuaca jangka pendek (harian) sampai sedang (mingguan).
Dari masa pengolahan tanah, pembibitan dan seterusnya prakiraan cuaca harian digunakan untuk bahan pertimbangan pelaksanaan kegiatan harian, misalnya waktu mengolah tanah, penyemprotan hama, pemupukan, penjemuran, dll. Dengan informasi cuaca / iklim tersebut, perlakuan–perlakuan untuk penanggulangan dapat ditetapkan.
Apa yang perlu diperhatikan dalam membuat Rencana Pola Tanam?
Cuaca selalu berubah dan berbeda setiap waktu dan di setiap tempat. Perubahan tersebut ada yang tidak beraturan dan ada yang beraturan. Yang tidak beraturan umumnya berlangsung dalam waktu pendek yang ditimbulkan oleh proses-proses sementara dalam atmosfer. Sedangkan yang beraturan berkaitan dengan perubahan-perubahan alam dalam skala besar, misalnya yang utama karena, perputaran bumi pada porosnya, peredaran bumi mengelilingi matahari, perubahan fisik matahari. Perubahan-perubahan tersebut berbentuk perubahan harian (daily variation), perubahan musiman (seasonal variation), perubahan tahunan (annual variation), ….. dan prubahan-perubahan dalam jangka waktu lebih lama lagi.
Pola tanam bersifat tetap untuk jangka panjang; oleh karena itu selain didasarkan atas sifat fisis tanah dan lingkungan, lebih banyak didasarkan atas ciri kecuacaan atau klimatologi wilayah yang bersangkutan. Bila faktor tanah sudah dimasukkan, selanjutnya untuk membuat rencana pola tanam perlu dikenali lebih dahulu sifat tanaman atas tanggapnya kepada cuaca atau iklim. Sifat ketanggapan tersebut ditetapkan sebagai syarat cuaca / iklim yang diperlukan. Kemudian dilakukan analisis unsur cuaca/iklim untuk mencari pola sebarannya mengikut waktu. Dalam hal ini analisis sebaran keseringan terjadinya nilai unsur cuaca diatas atau dibawah persyaratan lebih membantu dibandingkan analisis nilai rata-rata. Dari hasil analisis tersebut dicari selang waktu dengan perubahan cuaca yang sesuai dengan persayaratan cuaca bagi tanaman yang bersangkutan.
Bagi tanaman semusim, perencanaan tanam perlu disusun dengan lebih cermat mengingat fase-fase pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan waktu tertentu dan persayaratan tertentu. Sebagai contoh untuk menetapkan pola tanam padi pada lahan basah yang memerlukan adanya curah hujan lebih atau sama dengan 75 mm setiap dasarian sampai waktu menjelang panen, dan kurang dari 50 mm pada waktu panen. Ketidak sesuaian antara fase kehidupan dan perubahan cuaca dapat menimbulkan kegagaalan kegiatan pertanian.
Apa yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengolahan tanah?
Sebelum suatu tanaman ditanam perlu disiapkan tanah yang memungkinkan dilakukannya penanaman tanaman. Pekerjaan pengolahan tanah dilakukan setelah tanah cukup lembap atau pada saat tanah masih dalam keadaan lembap sehingga mudah diolah.
Gb. 1. Penyiapan lahan
Apa yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya tanaman?
Budidaya tanaman umumnya meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
Pembibitan
Penyiapan bibit dilakukan di tempat-tempat tertentu yang cuacanya sesuai yang diperlukan bagi bibit tanaman. Tempat tersebut ada yang di dalam ruangan dengan kondisi cuaca tiruan yang disesuaikan dengan yang diperlukan tanaman, misalnya di ruang rumah hijau (green house), atau di ruang terbuka yang diberi peneduh penahan sinar matahari, penutup untuk membuat kelembapan tinggi, pelindung angin, dan lain-lain. Penanaman
Setelah bibit cukup kuat kemudian ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Kondisi tanah yang diperlukan tanaman berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, misalnya untuk menanam padi ada jenis yang memerlukan tanah berair, ada jenis padi yang memerlukan tanah yang hanya lembap saja. Selama penanaman langit cerah atau berawan. Pemilihan waktu tanam sangat penting karena setelah tanaman ditanam cuaca sangat berpengaruh kepada pertumbuhan selanjutnya. Oleh karena itu lebih dahulu perlu diketahui perkiraan cuaca selanjutnya setelah masa tanam.
Pemeliharaan
Setelah bibit ditanam dilakukan pemupukan, pengairan, penyemprotan hama dan lain-lain.
Gb. 3. Penyemprotan hama
Selama masa pemeliharaan diperlukan data pada hari itu apakah keadaannya memungkinkan pekerjaan pemeliharaan dilakukan. Misalkan bila untuk melakukan penyemprotan atau pemupukan diperlukan cuaca langit cerah atau berawan dan angin tidak lebih dari 10 km/jam maka pekerjaan ditunda apabila cuaca yang diperlukan tersebut tidak memenuhi. Selain itu prakiraan cuaca harian – mingguan suhu, angin, kelembapan, hujan di tempat pertanian juga diperlukan untuk membuat rencana pekerjaan hari-hari berikutnya.
Panen
Kegiatan memanen juga perlu direncanakan dengan memilih waktu dengan cuaca tertentu yang memungkinkan dilakukannya pemanenan. Selama menjelang panen, diperlukan data cuaca harian dan prakiraan cuaca harian – mingguan meliputi sinaran matahari, suhu, angin, kelembapan, hujan. Gb.4. Masa panen.
Pasca panen
Selama masa panen dan pasca panen diperlukan informasi cuaca meliputi data cuaca harian dan prakiraan cuaca harian – mingguan suhu, angin, kelembapan, hujan untuk kegiatan pengeringan.Gb.5. Penjemuran hasil panen.
Transportasi
Kegiatan pertanian tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara langsung, tetapi juga dilakukan untuk maksud mencari keuntungan. Oleh karena itu lebih dahulu perlu ditetapkan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan diperlukan pula perencanaan penyimpanan dan pengangkutan hasil-hasil tanaman. Selain informasi di lokasi pertanian, untuk keperluan agribisnis diperlukan informasi cuaca di tempat lain. Informasi tersebut berguna untuk memberi pertimbangan penetapan pengiriman hasil pertanian, dll. Gb. 6. Transportasi hasil panen.
Adakah problema cuaca dalam kegiatan pertanian?
Problema yang sering dihadapi adalah adanya banyak kegiatan dalam suatu wilayah, sedangkan masing-masing kegiatan mempunyai sensitivitas kepada cuaca berlainan., Setiap orang atau setiap kegiatan mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagi seseorang atau sesuatu kegiatan adanya cuaca tertentu mungkin dirasakan sebagai yang menguntungkan, tetapi bagi orang atau kegiatan lain justru dirasakan sebagai yang merugikan.
Tidak jarang pada suatu musim, cuaca yang ada sesuai dengan yang dipelukan bagi tanaman dan kegiatan pertanian, tetapi cuaca saat itu justru juga mendukung kesuburan hidupnya hama, penyakit, dan parasit. Selanjutnya hama, penyakit, dan parasit tersebut mengganggu tanaman. Pada suatu musim kemarau yang banyak hujan para petani sayuran merasa untung karena tanamannya tumbuh subur dan tidak perlu melakukan penyiraman setiap hari; tetapi bagi petani garam dan perusahaan industri garam banyak mengalami kerugian karena hasil garamnya berkurang.
Jadi cuaca yang mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan ?
Tentu saja sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan memang kiranya tidak perlu membedakan cuaca karena cuaca adalah salah satu dari banyak fenomena alam yang berlangsung secara terus-menerus. Oleh karena itu sikap kita adalah memanfaatkan dan menghindari resiko dari dampak cuaca yang ada. Untuk itu banyak cara yang dapat dilakukan.
Berikut adalah contoh nilai-nilai unsur cuaca yang memberikan keuntungan dan merugikan.
a. Sinaran matahari : Sinaran matahari banyak meningkatkan kualitas tanah, tetapi dilain pihak sinaran matahari banyak dapat meningkatkan laju pengeringan tanah. Lama penyinaran banyak menambah lama proses fotosintesa; tetapi di lain pihak penyinaran yang banyak mempercepat tanaman menjadi layu.
b. Suhu udara: Suhu udara tinggi meningkatkan kualitas tanah; tetapi dilain pihak suhu tinggi membuat berubahnya struktur tanah. Suhu udara tinggi meningkatkan proses pertumbuhan tanaman; tetapi dilain pihak apabila fluktuasi suhu besar tanaman menjadi stress, banyak daun gugur. Suhu rendah mendukung pertumbuhan holtikultura; tetapi suhu yang sangat rendah dapat menimbulkan embun beku (frost) yang dapat membuat kering tanaman.
c. Angin: Dengan adanya angin tanah dapat terdinginkan; tetapi apabila angin bertiup terus-menerus dapat menimbulkan penggerusan (erosi) tanah dan tanah cepat menjadi kering karena penguapan menjadi besar. Bagi tanaman angin dapat membantu kecepatan penyerbukan; tetapi disisi lain bila bertiup kencang dapat menimbulkan kerusakan batang tanaman.
d. Kelembapan: Kelembapan udara yang tinggi menjaga kelembapan tanah; bila kelembapan rendah penguapan menjadi besar dan kandungan air tanah menjadi berkurang. Bagi tanaman, kelembapan yang tinggi mendukung tanaman dapat tumbuh subur; tetapi kelembapan tinggi juga menyuburkan gulma dan memudahkan timbulnya hama dan penyakit yang dapat mengganggu tanaman.
e. Curah hujan: Bila banyak hujan tanah menjadi gembur dan subur; tetapi hujan banyak dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, erosi. Bagi tanaman, banyak hujan membantu tanaman mudah menyerap makanan dari tanah; tetapi bila terlalu banyak hujan pupuk banyak melimpas.
f. Selang kering (dry spell): Adanya selang kering di musim hujan menambah sinaran matahari yang menguntungkan tanaman, tetapi disisi lain dapat menimbulkan tanaman stress kekurangan air.
g. Selang basah (wet spell) : Adanya selang basah di musim kemarau menambah kecukupan air, tetapi dapat merusak kualitas hasil panen.
Bagimana nilai unsur cuaca pertanian yang ada di Indonesia?
Karena struktur kepulauan yang sangat beragam maka Indonesia terkenal dengan cuacanya yang sangat beragam pula. Namun demikian ada sifat yang secara umum dimiliki oleh masing-masing unsur, misalnya:
a. Sinar matahari: Pada musim hujan di Indonesia intensitas matahari tinggi tetapi lama penyinaran pendek karena liputan awan banyak. Sebaliknya di musim kemarau intensitas sinar matahari rendah tetapi lama penyinaran panjang.
b. Suhu udara : Suhu udara rata-rata di Indonesia hampir tidak banyak beda di musim hujan dan di musim kemarau, tetapi yang banyak beda adalah suhu maksimum pada siang hari dan suhu minimum pada malam hari. Di musim hujan beda suhu maksimum dan minimum lebih kecil dibandingkan suhu maksimum dan suhu minimum pada musim kemarau.
c. Angin : Pada musim hujan kecepatan angin umumnya rendah; tetapi sering terjadi angin ribut . Sedangkan di musim kemarau umumnya angin betiup terus menerus dan kering.
d. Kelembapan udara : Dalam musim hujan kelembapan tinggi, penguapan potensial tinggi. Dalam musim kemarau kelembapan rendah; penguapan tinggi dan kandungan air tanah rendah.
e. Curah hujan : Bila di musim hujan banyak jumlahnya, memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Dalam musim kemarau hujan sedikit tidak ada banjir; tetapi karena jumlahnya sedikit sering menimbulkan kekeringan.
f. Selang kering dan selang basah: Dalam musim hujan sering terjadi selang kering lebih dari tujuh hari basah; dan dalam musim kemarau sering terjadi selang basah.
Apa yang perlu diketahui untuk memanfaatkan cuaca?
Dalam memanfaatkan cuaca terlebih dahulu perlu difahami tentang fungsi dan dampak unsur cuaca, yang antar lain meliputi:
(1) Dampak cuaca/iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kualitas dan kuantitas produksi,
(2) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman, kerusakan tanaman, kehilangan produksi,
(3) Dampak cuaca dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim,
(4) Dampak cuaca dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi,
(5) Dampak cuaca dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan,
(6) Dampak cuaca dalam kaitannya dengan Operasi managemen,
(7) Dampak cuaca dalam kaitannya dengan kehutanan,
(8) Dampak cuaca dalam kaitannya dengan nilai ekonomi
Cuaca/iklim memberi dampak kepada tanah dan tanaman. Dengan demikian yang sekurang-kurangnya perlu diketahui tentang cuaca dan iklim adalah :
· Bagaimana cuaca dan iklim yang ada,
· Cuaca dan iklim yang bagaimana yang berdampak kepada tanah dan tanaman,
· Cuaca dan iklim yang mana yang perlu dihindari agar tidak terkena dampak yang merugikan bagi tanah dan tanaman,
· Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan sehingga tanah dapat dapat menyuburkan tanaman,
· Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan upaya penanggulangan bagi tanah, tanaman dan hasil produksi.
· Cuaca yang bagaimana yang diperlukan tanah dan tanaman selama fase pertumbuhannya.
Yang juga perlu difahami adalah tidak setiap waktu cuaca yang ada diperlukan oleh tanaman, bahkan mungkin merugikan. Oleh karena itu apabila ada cuaca yang merugikan perlu dilakukan antisipasi atau penanggulangan. Bagi petani perlu memperhitungkan alternatip dan menyiapkan upaya antisipasi apabila cuaca yang tidak diharapkan terjadi.
Apakah dampak cuaca / iklim bagi pertanian?
Dampak cuaca / iklim kepada kegiatan pertanian dapat dikategorikan menjadi :
(a). dampak langsung , dan
Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh sesuatu unsur cuaca/iklim kepada kegiatan pertanian. Dampak lansung tersebut ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan secara lambat.
Dampak langsung seketika umumnya misalnya curah hujan yang lebat atau terus menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat itu; angin kencang menimbulkan kerusakan batang tanaman, adanya embun beku yang mengenai tanaman membuat daun dan batang tanaman menjadi kering.
Dampak langsung yang dirasakan secara lambat adalah kadar cuaca yang baru dirasakan setelah berkali-kali terjadi; misalnya tanah menjadi lembap setelah beberapa hari turun hujan; tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan makin berkurang.
(b). dampak tidak langsung. Dampak tidak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh faktor lain tetapi faktor tersebut timbul berkaitan dengan cuaca/iklim yang terjadi, sedangkan kadar cuaca/iklin yang terjadi tersebut diperlukan bagi kegiatan pertanian pada waktu itu. Cuaca / iklim tidak hanya diperlukan tanaman saja tetapi hama , penyakit, tumbuhan parasit juga memerlukan cuaca / iklim. Sering terjadi bahwa kerusakan tanaman tidak karena cuaca saat itu secara langsung , tetapi karena timbulnya hama, penyakit, parasit yang justru hidup subur pada saat adanya cuaca yang dipelukan bagi tanaman dan kegiatan pertanian waktu itu. Dengan demikian gangguan tidak timbul dari cuaca, tetapi karena hama, penyakit, dan parasit yang hidup subur karena didukung cuaca waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA
Baradas. M.W. (1984). Pokok-Pokok Pengelolaan Cuaca Untuk Pertanian di Daerah Tropika Basah Indonesia. Kertas Kerja No. 41. INS/7.8/042 – Mei 1984. . Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Boer R. dkk. (2003). Nilai Ekonomi Prakiraan Iklim. Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Pertanian di Sumatra Barat. Padang 11-13 Agustus 2003.
IRRI (1975). Research Highlight for 1975.
Nieuwolt S (1985). Klimatologi Kawasan Tropik. Dewan Bahasa dan Pustaka. Malaysia.
Oldeman, L.R ., (1975). An Agroclimatic Map of Java. Central Research Institut for Agricultur. Bogor.
Oldeman L.R. and Frere M. (1982). A Study of the Agroclimatology of the Humid Tropics of South-East Asia. WMO-No.597. Technical Note No. 179.
Sutrisno (1982). Indonesian Inter – Agency Climate Impact Assessment System. Prociding Of The Workshop On Practical Farm Weather Mangement And Climate Impaact Assessment. Project INS/82/004 (Meteorological Programme For Increased Food Production) WMO.
Trewartha, Glenn T.; Horn H. Lyle (1980). Introduction to Climate. McGrwaw Hill International Book Company.
Wirjohamidjojo Soerjadi ( 1984). Survey On The Inter-Agency Agrometeorological Service In Indonesia. Practical Farm Weather Management And Climate Impact Assessment. Project INS/82/004/ Jakarta.
Wirjohamidjojo Soerjadi (2006). Meteorologi Praktik. Badan Meteorologi & Geofisika. ISBN 979-99507-8-3.
Wirjohamidjojo, Soerjadi , Susanto, Patoni, dan Suroso H.(1993). Kamus Hidrometeorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. ISBN 979 459 357 5.
Wirjohamidjojo, Soerjadi (1993). Pengalamanku Tentang Cuaca di Indonesia. Buku – IV. BMG Jakarta.
WMO (1993). Guide to Agricultural Meteorological Practices. WMO – No. 134. August 1993.
---------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar