Sabtu, 30 Oktober 2010

Kerusakan Tanah dan Usaha Penanggulangan


Kerusakan Tanah


Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

a.    Perusakan hutan, dapat mengurangi daya serap tanah dan kemampuan tanah dalam menampung dan menahan air sehingga mudah tererosi.
b.    Proses kimiawi air hujan, dapat merusak tanah melalui proses perubahan kimiawi.
c.    Proses mekanis air hujan, dapat mengikis dan menggores tanah di permukaannya sehingga terbentuk selokan. 


Akibat yang di timbul kan oleh proses mekanis air hujan, yaitu sebagai berikut.

1)      Erosi air hujan, dapat mengakibatkan pergerakan tanah, seperti tanah labil yang ada di pinggir-pinggir sungai apabila tertimpa hujan lebat akan lepas dan pada akhirnya jatuh ke sungai.
2)      Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
3)      Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi).
4)      Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging) dan erosi.
5)      Tanah longsor, adalah kondisi turun atau ambruknya tanah dan  bebatuan ke bawah bukit.

d.    Proses alih fungsi lahan. Lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan industri, misalnya lokasi pengambilan bahan baku batu bata, genteng.

Dampak Kerusakan Tanah

a.      Kerusakan di Tempat Terjadinya Erosi

Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi mengakibatkan terjadinya hal-hal sebagai berikut.

1.    Penurunan produktivitas tanah.
2.    Kehilangan unsur hara (nutrient) yang diperlukan tanaman.
3.    Kualitas tanaman mengalami penurunan.
4.    Laju infltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang.
5.    Struktur tanah menjadi rusak.
6.    Lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk mengolah tanah.
7.    Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi sehingga mengurangi luas lahan yang dapat ditanami.
8.    Pendapatan petani senakin berkurang.

b.     Kerusakan di Tempat Penerima Hasil Erosi

Erosi dapat memindahkan tanah berikut senyawa-senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, seperti unsur-unsur hara tanaman (fosfor atau bahan organik lainnya) atau sisa-sisa pestisida dan herbisida (DDT, atau endrin).

Pengendapan bahan-bahan tanah dan senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya dapat menyebabkan terjadinya polusi di tempat tersebut. Adapun pengendapan bahan tanah yang tererosi dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut.

1.    Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun, akibatnya terjadi fenomena banjir.
2.    Tanah-tanah yang subur terkadang menurun kualitasnya dan menjadi rusak karena tertimbun oleh batu-batuan, pasir, dan kerikil dari tempat lain.
3.    Jika digunakan untuk air minum, air yang kotor tersebut perlu lebih banyak biaya untuk membersihkannya.
4.    Akibat air yang keruh, akan mengurangi fotosintesis jenis dari tanaman air (karena sinar matahari sulit menembus air).
5.    Perubahan-perubahan dalam jumlah bahan yang diangkut memengaruhi keseimbangan sungai tersebut.
6.    Polusi sedimen terkadang dapat memberi pengaruh baik, yaitu jika terjadi pengendapan tanah-tanah yang subur, misalnya tanah-tanah aluvial di sekitar sungai.

Usaha Mengurangi Erosi Tanah

Usaha yang dilakukan untuk mengurangi erosi tanah adalah dengan menggunakan metode pengawetan tanah.

Metode pengawetan tanah pada umumnya dilakukan untuk:

a.    melindungi tanah dari curahan langsung air hujan;
b.    meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah;
c.    mengurangi run off (aliran air di permukaan tanah); dan
d.    meningkatkan stabilitas agregat tanah.

Metode pengawetan tanah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a.    Metode vegetatif, adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi. 


      Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif, antara lain sebagai berikut.

1)      Penghijauan, yaitu penanaman lahan kosong dengan berbagai jenis vegetasi (tanaman).
2)      Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras, seperti pinus, jati, rasamala, dan cemara.
3)      Penanaman secara kontur yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar tingkat resapan air ke dalam tanah.
4)      Penanaman tumbuhan penutup tanah (bufering), yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, seperti pinus dan jati.
5)      Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Fungsinya untuk mengurangi tingkat kecepatan erosi.
6)      Pergiliran tanaman (crop rotation), yaitu penanaman jenis tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar tingkat kesuburan tanah tidak berkurang.

b.    Metode Mekanik/Teknik, adalah metode pengawetan tanah melalui teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran permukaan (run off), menampung, dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak merusak.


Beberapa cara yang umum dilakukan pada penerapan metode mekanik, antara lain sebagai berikut.

1)      Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar daya resapan air.
2)      Pembuatan tanggul atau guludan sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung.
3)      Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi tingkat erosi.
4)      Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek sehingga aliran air dapat diperlambat.

Metode pengawetan tanah akan sangat efektif jika metode mekanik dapat dikombinasikan dengan metode vegetatif misalnya, terrassering dan bufering.

c.    Metode Kimia, dilakukan dengan menggunakan media bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga infltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (surface run off) tetap kecil.


Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain dengan menggunakan preparat kimia sintetis (bitumen dan krilium) atau alami. Preparat ini disebut Soil Conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil .


Artikel referensi : http://www.e-dukasi.net

KETAHANAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI INDONESIA

Tantangan pangan Indonesia kedepan: • Semakin berkurangnya lahan pertanian akibat konversi yang mengancam   keberlanjutan produksi dan kuali...