Sabtu, 23 Oktober 2010

Bersikap Santun Pada Alam

Alam semesta lebih dulu diciptakan dari Adam (manusia. Semula Adam ditempatkan disuatu tempat yang sangat mulia. Namun karena kelalaiannya ia harus menjadi manusia pertama yang menghuni bumi, dan sejak itu adam mulai bernegosiasi dengan alam ini untuk kelangsungan kehidupan dirinya dan tentunya kehidupan manusia sampai saat ini.

Interaksi serta interdependensi antara manusia dengan alam akan selalu terjadi hingga babak terakhir kehidupan dunia. Tapi sayang tak banyak manusia yang dapat bersikap santun ketika berinteraksi dengan alam. Akibatnya interpendensi keduanya pun mulai menjadi kacau.


Ketika manusia mengeksploitasi hutan secara rakus, maka alampun akan berbalas budi menganugerahkan banjir pada musim hujan. Ketika manusia mengambil pasir laut dan merusak terumbu karang dengan liarnya maka kestabilan garis pantai pun menjadi rusak oleh gempuran gelombang yang tak mampu lagi ditahan oleh pasir laut dan terumbu karang. Di Pantai Cilincing maranda ( teluk Jakarta ) misalnya, pengambilan pasir laut didepannya telah menyebabkan erosi pantai (abrasi)  yang sangat gawat. Dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1975 garis pantainya telah mundur kurang lebih 600 meter ke darat. Akibatnya puluhan rumahpun harus rela terkena gusuran alam.



Tentunya tak hanya banjir dan erosi pantai saja balas budi alam kepada kerakusan manusia. tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, angin topan, juga menjadi ancaman yang serius bagi anak cucu Adam. Belum lagi akhir-akhir ini kasus yang ramai diperbincangkan yaitu pemanasan global (global warming). Pemanasan global sangat berpotensi mencairkan gunung es dikutub. Sebanyak 23 pulau Indonesia dikabarkan telah tenggelam dalam 10 tahun terakhir akibat Global Warming ini.

Selain itu masih ada bencana yang tak kenal musim untuk bersilaturahim ke Indonesia, siapa lagi kalau bukan Gempa bumi. Gempa bumi terjadi disebabkan oleh pergeseran lempeng dalam perut bumi atau dapat juga terjadi karena letusan gunung api. Para pakar geologi, mengatakan Indonesia berada pada jalur maut. Di negri ini terdapat tidak kurang 129 gunung api aktif yang setiap saat bisa meletus.

Ancaman alam memang sangat menakutkan. Apa boleh buat, manusia tak bisa melarikan diri dari alam dan harus tetap hidup berdampingan dengannya. Namun ketika kita mampu bersikap santun dengan alam semuanya bisa diatasi atau setidaknya dapat diminimalisir. Jepang misalnya, meskipun mempunyai nasib yang sama dengan Indonesia yaitu berada pada jalur maut, namun jepang sangat santun ketika berinteraksi dengan alamnya, saat gunung-gunung api di Jepang tak kuat lagi menahan magma yang ada dalam perut bumi.


Para pakar mengatakan gunung api meletus karena disebabkan penyumbatan debu, pasir, magma, yang keluar dari dalam gunung dan menutup pori-pori / kepundan di puncak gunung.  Semakin besar dan luas pori-pori / kepundan yang tersumbat, semakin dahsyat dorongan magma untuk mendobrak hambatan yang menjadi jalan keluar sebagai pelepasan.

Dengan memahami mekanisme alam itu, para ahli di Jepang menemukan tekhnologi tembak, misalnya secara berkala wilayah di sekitar puncak diledakkan agar membuka jalan bagi pelepasan magma tanpa letusan. Jadi sesungguhnya gunung api dapat dirawat. Membersihkan debu yang menutupi pori-pori / kepundan di sekitar puncak dan lereng, membuat kanal bagi aliran lava dan sebagainya. Dan itu bisa dilakukan dengan tekhnologi dan peralatan yang sederhana.

Ternyata dengan bersikap santun pada alam menjadi sebuah kearifan baru yang harus ditumbuh kembangkan. Tentunya kearifan yang dilandasi dengan pengetahuan dan kesadaran. Dan kita jangan sampai lalai bila tak ingin terusir dari surga dunia.

KETAHANAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI INDONESIA

Tantangan pangan Indonesia kedepan: • Semakin berkurangnya lahan pertanian akibat konversi yang mengancam   keberlanjutan produksi dan kuali...