Selasa, 17 April 2012

Kajian Geografis Surakarta dan sekitarnya

Surakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian ±95 m dpl, dengan luas 44,1 km2 (0,14 % dari luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timurlaut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang, di antara Gunung Merapi (tinggi 3115 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806 m) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini subur karena dilalui oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, dengan beberapa anak sungainya.
Peta Wilayah karesidenan Surakarta
Karesidenan Surakarta diresmikan pada tanggal 16 Juni 1946, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Wonogiri.


KONDISI GEOLOGI SURAKARTA DAN SEKITARNYA
Kondisi geologi di Surakarta tidak lepas dari kondisi geologi Pulau Jawa pada umumnya. Pada Paleogen Awal, Pulau Jawa masih berada dalam bagian batas tepi lempeng mikro Sunda sebagai hasil interaksi (tumbukan) antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Ketika Kala Eosen, Pulau Jawa bagian utara yang semula berupa daratan, menjadi tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan.
Perubahan Aliran Bengawan Solo
Pada kala Oligosen, hampir seluruh Pulau Jawa mengalami pengangkatan menjadi geantiklin Jawa. Pada saat yang bersamaan terbentuk jalur gunung api di Jawa bagian selatan. Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen Bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau - pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.

Pada Miosen Tengah, pembentukan gamping koral terus berkembang dengan diselingi batuan vulkanik di sepanjang Pulau Jawa bagian selatan. Kemudian pada Miosen Atas terjadi pengangkatan. Keberadaan pegunungan Jawa bagian selatan ini tetap bertahan sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batugamping yang di beberapa tempat berasosiasi dengan batuan vulkanik, dalam bentuk vulcanic neck atau terobosan batuan beku.

Kemudian pada Kala Plistosen paling tidak terjadi dua kali deformasi, yang pertama berupa pergeseran bongkahan yang membentuk Pegunungan Baturagung, Plopoh, Kambengan, dan Pejalan Panggung. Sedangkan yang kedua di Kala Plistosen Tengah yang diduga merubah aliran Bengawan Solo Purba, yang diikuti aktivitas G. Lawu dan G. Merapi, serta sesar Keduwan, akibatnya endapan G. Lawu membendung aliran Bengawan Solo dan membentuk Danau Baturetno.

Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian tenggara yang meliputi kawasan G. Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa.

GEOMORFOLOGI
Bentang alam daerah Surakarta dan sekitarnya berupa perbukitan, pedataran, dan lereng kerucut gunung api. Daerah perbukitan terletak di selatan Surakarta yang dibentuk oleh batuan sedimen Miosen – Pliosen, lereng kerucut gunung api di sebelah barat dan timur Surakarta, dan pedataran terletak di Surakarta dan daerah di utaranya. Uraian satuan morfologi di daerah ini adalah :

Satuan Padataran, tersebar di sekitar Surakarta, Klaten, Sukoharjo, sekitar Wonogiri, dengan ketinggian 50 – 100 m. Satuan Pedataran dibentuk oleh dataran aluvial sungai, berelief halus, kemiringan antara 0 – 5%, sungai sejajar agak berkelok, dengan tebing sungai tidak terjal.
Sketsa peta fi siografi  sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifi kasi dari van Bemmelen, 1949)
Satuan Daerah Kaki Gunung Api, tersebar di sekitar lereng G. Merapi (Klaten, Boyolali), dan lereng G. Lawu (Karanganyar) dengan ketinggian 75 – 130 m. Daerah ini dibentuk oleh endapan gunung api dengan medan agak miring, relief  halus, sungai sejajar dengan tebing sungai agak terjal,

Satuan Perbukitan Kars, Terletak di bagian selatan (daerah Wonogiri), dengan ketinggian 45 – 400 m, dicirikan oleh lembah dan bukit terjal, relief kasar. Satuan ini disusun oleh batuan karbonat (batugamping) yang mudah larut oleh air, sehingga membentuk bentang alam kars yang unik.

Satuan Perbukitan Bergelombang landai, Satuan ini terletak di utara Surakarta dengan ketinggian 40 – 100 m, dengan medan miring dan bergelombang landai.

Satuan Perbukitan Terjal, Satuan ini tersebar di sekitar Wonogiri dan Klaten bagian selatan dengan ketinggian 200 – 700 m. Dicirikan dengan perbukitan kasar, terjal, bukit tajam. Penyusun satuan ini adalah breksi vulkanik, lava andesit, dan batupasir tufan.

STRATIGRAFI
Berdasarkan peta geologi Lembar Surakarta – Giritontro (Surono, dkk, 1992), batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan malihan (KTm) yang diduga berumur Kapur - Paleosen Awal, terdiri dari sekis, marmer, batusabak, batuan gunungapi malih, batuan sedimen malih. Satuan ini tersingkap di Perbukitan Jiwo Klaten. Daerah Surakarta dan sekitarnya tersusun oleh litologi yang secara stratigrafi dari Muda ke Tua adalah sebagai berikut
1.     Aluvium (Qa) ; Terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang merupakan endapan sungai
2.     Aluvium Tua (Qt) ; Tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau, dan lempung
3.     Formasi Baturetno (Qb) ; Tersusun oleh lempung hitam, lumpur, lanau, dan pasir
4.     Batuan Gunung api Merapi (Qvm) ; Tersusun oleh breksi gunung api, lava, dan tufa
5.     Batuan Gunung api Lawu (Qvl) ; Tersusun oleh breksi gunung api, lava, dan tufa
6.  Formasi Wonosari (Tmwl) ; Tersusun oleh batugamping, batugamping napalan-tufan, batugamping-konglomerat, batupasir tufaan dan lanau
7.     Formasi Kepek (Tmpk) ; Terdiri dari napal dan batugamping berlapis
8.     Formasi Nampol (Tomk) ; Terdiri dari konglomerat, batupasir konglomeratan, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
9.  Formasi Oyo (Tmo) ; Terdiri dari napal tufaan, tufa andesitan, dan batugamping konglomeratan.
10.  Formasi Sambipitu ; Tersusun oleh batupasir dan batulempung
11. Formasi Nglanggran (Tmmg) ; Tersusun dari breksi gunung api, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
12. Formasi Wuni (Tmw) ; Terdiri dari aglomerat dengan sisipan batupasir tufan dan batupasir kasar
13.  Formasi Semilir (Tms) ; Tersusun dari tufa, breksi batuapung dasitan, batupasir tufaan dan serpih
14.  Formasi Mandalika (Tomm) ; Tersusun dari lava dasit-andesit dan tufa dasit
15.  Formasi Gamping wungkal (Tew) ; Tersusun oleh batupasir, napal pasiran, batulempung, dan batugamping
16.  Batuan Malihan ; Tersusun oleh sekis, genes, dan marmer
17.  Diorit Pendul (Tpdi) ; Tersusun oleh intrusi diorit

STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi di daerah ini berupa lipatan, sinklin dan antiklin, serta sesar yang terdapat di daerah selatan Surakarta. Antiklin dan sinklin berarah timurlaut-baratdaya dan timur-barat, sesar atau patahan berarah utara-selatan dan baratdaya-timurlaut.

SUMBER DAYA GEOLOGI
Bedasarkan penyelidikan terdahulu, sumber daya geologi yang ada di daerah Surakarta adalah sumber daya air dan bahan bangunan (bahan galian golongan C), serta yang berhubungan dengan wisata geologi.

SUMBER DAYA AIR
Berdasarkan penyelidikan terdahulu, potensi sumber daya air di daerah Surakarta cukup besar, baik air tanah maupun air permukaan, terutama di daerah cekungan antar gunung yang merupakan daerah pedataran. Sedangkan di daerah selatan yang berupa daerah perbukitan potensi sumber daya air sangat kurang terutama pada musim kemarau.

Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan waduk penampung air. Sumber air permukaan utama adalah Bengawan Solo yang mengalir dari selatan ke utara dengan lebar rata rata 20 meter merupakan muara hampir dari seluruh sungai di daerah ini. Anak sungai bengawan Solo berasal dari lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi, serta yang terbesar adalah Kali Dengkeng yang berasal dari selatan Surakarta. Kondisi air sungai Bengawan Solo cukup keruh, mengandung lumpur cukup tinggi. (Dandun, 1998)
SDA Waduk Mulur Sukoharjo Jawa Tengah
Selain sungai, sumber air permukaan adalah waduk, seperti Waduk Cengklik, Waduk Mulur, Waduk Delingan, serta yang terbesar adalah Waduk Gajahmungkur.Air permukaan ini sangat berguna untuk masyarakat, terutama di musim kemarau baik untuk irigasi sawah maupun untuk kebutuhan sehari – hari.

Sedangkan air tanah yang dijumpai adalah air tanah bebas (akuifer tidak tertekan)  dan air tanah tertekan yang cukup produktif, terutama di daerah padataran yang disusun oleh endapan aluvium dan endapan gunung api muda. Apabila dihubungkan dengan pengelolaan air tanah berbasis cekungan air tanah, maka daerah di sekitar Surakarta masuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Karanganyar - Boyolali.

Untuk air tanah bebas di daerah Surakarta cukup besar, dengan kedalaman bervariasi tergantung letak topografi dan jenis litologinya. Air tanah ini diambil dari sumur gali dan sumur bor dangkal. Jumlah ketersediaan air pada air tanah bebas pada cekungan ini 2910 juta m3/tahun, (Harnandi, 2006).

Sedangkan air tanah tertekan atau air tanah yang terdapat di dalam akuifer yang berupa batuan yang relative lulus air, mempunyai kedalaman bermacam macam juga. Akuifer di daerah ini juga bervariasi dari kedalaman 8 – 200 m, dengan ketebalan beragam 1-25 m. 

Jumlah ketersediaan air pada system akuifer tertekan sebesar 256,29 juta m3/tahun (ibid.).Di CAT ini masih terjadi penurunan kedudukan muka air tanah dan penurunan kualitas air tanah, terutama pada system akuifer tertekan.(Harnandi, 2006) hal ini merupakan tanda bahwa konservasi air tanah belum terlaksana dengan baik.

SUMBER DAYA BAHAN BANGUNAN
Di sini bahan bangunan yang didapatkan adalah endapan sungai , batuan sedimen dan hasil endapan gunung api. Di kota Surakarta sendiri hampir tidak didapatkan bahan ini, tetapi di daerah sekitarnya cukup potensial, seperti lempung, pasir, kerikil, kerakal, batubelah andesit, batupasir, batugamping (Dandun, 1998).
1.     Lempung umumnya lanauan merupakan pelapukan batuan gunung api, umumnya digunakan sebagai bahan genting dan batubata. Selain itu juga didapatkan lempung pasiran endapan aluvium tua di sekitar Klaten dan Sukoharjo.
2.     Pasir, kerikil, kerakal merupakan andapan sungai yang bersifat lepas. Lokasinya berada di sepanjang aliran Bengawan Solo, Kali Dengkeng, Kali Woro, dan hampir di seluruh anak sungai Bengawan Solo.
3.     Batu belah andesit terutama di Kali Woro dan di sekitar Wonogiri. Bahan ini digunakan sebagai split untuk bahan pondasi bangunan dan beton.
4.     Batu belah batupasir terutama di daerah Bayat Klaten, yang digunakan untuk mengasah peralatan dari besi.
5.   Batugamping berada di daerah Wonogiri bagian selatan, dimanfaatkan sebagai bahan pengeras jalan dan sebagai pembuatan kapur tohor.

WISATA GEOLOGI
Beberapa daerah wisata di daerah Surakarta merupakan wisata geologi yang menonjolkan keindahan alam dan keunikan alam geologi di daerah itu. Misalkan saja daerah lereng Merapi dengan Deles, daerah Gunung Lawu dengan Telaga Sarangan, sekitar aliran Sungai Bangawan Solo masa kini maupun purba serta daerah selatan Wonogiri dengan kars-nya.


Sumber Referensi :
Dandun.,Ruchyadi, A., dan Tau­ q, A., (1998) Penyelidikan Geologi Lingkungan  Daerah Surakarta dan Sekitarnya Propinsi Jawa Tengah., Direktorat   Geologi Tata Lingkungan., Bandung

Harnandi D.,Arismunandar., dan Arief S., (2006)., Penyelidikan Konservasi Air  Tanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah., Direktorat  Geologi Tata Lingkungan., Bandung

Tidak ada komentar:

Materi Geografi Kelas 11 SMA KurMer

Semester 1 Posisi Strategis Indonesia dan Potensi Sumber Daya Alam Letak Indonesia Secara Astronomis Luas Wilayah Indonesia Batas Wilayah In...