Kamis, 22 Maret 2012

Up date Bumi kita ??

Lapisan Es Tertua di Laut Artik Menghilang Cepat

WASHINGTON,— Studi terbaru oleh ilmuwan NASA, Joey Comiso, menemukan bahwa es tertua dan tertebal di Laut Artik menghilang alias mencair lebih cepat daripada lapisan es yang lebih muda dan tipis. Penemuan tersebut dipublikasikan di Journal of Climate yang terbit bulan Februari 2012. Pencairan es tertua tersebut membuat kawasan Artik semakin terancam.

“Tutupan es di Artik menjadi semakin tipis karena kehilangan lapisan es tebal secara cepat. Pada saat yang sama, suhu permukaan di Artik meningkat, menyebabkan semakin pendeknya musim pembentukan es,” kata Comiso yang dikutip NASA, Rabu (29/2/2012).

Dalam penelitian, Comiso membandingkan tutupan es abadi pada tahun 1980 dan tahun 2012. Data diambil dengan satelit pada tanggal 1 November 1979-31 Januari 1980 dan 1 November 2011-31 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan dengan satelit Nimbus-7 milik NASA dan Special Sendor Microwave Imager/Sounder (SSMS) milik Defense Meteorological Satellite Program (DMSP).
NASA; Tutupan Es Artik hasil pencitraan 1 November 1979 – 31 Januari 1980
NASA; Tutupan es Artik hasil pencitraan 1 November 2011 – 31 Januari 2012.

Citra yang diambil bisa dilihat dalam gambar di atas. Wilayah yang tertutup es abadi digambarkan dengan warna putih terang dan wilayah rata-rata yang tertutup es berwarna biru hingga putih susu. Hasil pencitraan menunjukkan bahwa luasan es abadi (semua wilayah permukaan laut yang tertutup es abadi minimal 15 persen) menurun sebesar 15,1 persen per dekade.

Sementara wilayah es abadi (area yang sepenuhnya tertutup oleh es abadi) juga mengalami penurunan cukup signifikan, sebesar 17,2 persen per dekade.

Ilmuwan mengenalkan tiga jenis es. Es abadi adalah es yang tetap beku lebih dari dua musim panas. Es musiman adalah es yang terbentuk pada musim dingin dan cepat mencair. Sementara es perenial adalah es yang bisa bertahan paling tidak satu musim panas.

Dari penelitian, Comiso menemukan bahwa luas es perenial mengalami penurunan sebesar 12,2 persen per dekade. Sementara area es perenial menurun 13,5 persen per dekade.

“Butuh suhu dingin yang cukup panjang bagi es abadi untuk berkembang lebih tebal sehingga bisa bertahan di musim panas dan membalikkan tren ini,” tambah Comiso.

SumberNASA

Suatu Hari, Everest Takkan Bisa Didaki Lagi


SALT LAKE CITY- Apa atau yang lebih populer sebagai “Super Sherpa”, pendaki gunung yang pertama kali menaklukkan Everest pada tahun 1989 mengatakan bahwa suatu hari, Everest mungkin takkan bisa didaki lagi.

Apa sebabnya? Ia mengatakan bahwa pemanasan global berdampak pada jumlah es di Himalaya. Berkurangnya jumlah es menyebabkan jalur pendakian lebih berbahaya.

“Tahun 1989, ketika pertama mendaki Everest, ada banyak salju dan es. Tapi sekarang, semua menjadi batu telanjang. Dampaknya, semakin banyak batuan jatuh yang berbahaya bagi pendaki,” kata Apa.

Dikutip Daily Mail, Senin (27/2/2012), Apa juga mengungkapkan, “Pendakian juga semakin sulit sebab ketika di gunung dulu Anda bisa memakai crampons (sepatu yang didesain khusus untuk mendaki di gunung berlapis es), tapi sekarang sangat licin dan berbahaya untuk berjalan di permukaan batuan.”
Pegunungan Himalaya, sumber; mountain7.com
Apa adalah anggota komunitas Sherpa di Himalaya. Sejak usia 12 tahun, ia mulai bekerja sebagai pembawa perlengkapan bagi pendaki Himalaya. Tahun lalu, ia memecahkan rekor sebagai pendaki yang telah menaklukkan Everest sebanyak 21 kali. Kini, Apa tinggal di Salt Lake City, Amerika Serikat.

Ia menyerukan perlunya perhatian pada isu pemanasan global serta upaya mengatasinya. Jika tidak, keindahan puncak Everest mungkin benar-benar akan menjadi sesuatu yang hanya bisa dibayangkan.

Sumber : Daily Mail

KETAHANAN PANGAN DAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI INDONESIA

Tantangan pangan Indonesia kedepan: • Semakin berkurangnya lahan pertanian akibat konversi yang mengancam   keberlanjutan produksi dan kuali...