Selasa, 03 Mei 2011

HUJAN ASAM (ACID RAIN)


Salah satu parameter yang menentukan baik buruknya kualitas air adalah pH. (American Ground Water Trust, 2003). Secara ilmiah, pH sendiri diartikan sebagai banyak sedikitnya kandungan ion H+ dalam suatu benda, baik itu cairan maupun padat. Kadar pH memiliki rentangan dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral). (www.chem-is-try.org).

Hujan dan salju yang merupakan sumber utama air tawar utama di bumi memiliki nilai pH sekitar 5,6 jika ia relatif bebas pencemaran. Namun, di banyak daerah di dunia "hujan asam" sekarang menjadi hal yang normal karena emisi pencemaran dari berbagai sumber seperti gas buang industri, emisi kendaraan bermotor dan dari faktor alam seperti gas asam hasil letusan gunungapi. Hujan asam dapat memiliki nilai pH dekat 4, sehingga menimbulkan banyak kekhawatiran bahwa hujan asam akan berimbas terhadap vegetasi, air tanah dan fauna perairan.

Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang harus benar-benar difikirkan oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir ke bumi bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”. Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi kering. (Kanti Laras, 2006). Deposisi basah mengacu pada hujan asam , kabut dan salju.

Hujan asam disebabkan oleh SO2 ( Gas Blerang Oksida ) yang bercampur dengan air hujan. Hujan Asam dapat melapukan semua benda di permukaan bumi. Hujan Asam yang melapukan benda di permukaan bumi bersifat Corrosive.
 Ketika hujan asam ini mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah , buffering capacity ( kemampuan air atau tanah untuk menahan perubahan pH ), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena. Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon.

Ketika hujan turun, partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. Angin dapat membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan Negara sampai ratusan kilometer. Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0 ( Air murni mempunyai pH 7 ). Makin rendah pH air hujan tersebut , makin berat dampaknya bagi mahluk hidup. (Kanti Laras, 2006)
 Perkembangan teknologi terutama di bidang industri yang membuat banyak beberapa penemuan yang membuat hidup kita lebih mudah juga menyebabkan polusi ke atmosfer. Atmosfir dapat mengangkut berbagai zat pencemar dari asap emisi pembakaran bahan bakar fosil, emisi polusi industri dan lainnya ratusan kilometer jauhnya, sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi.

Dalam perjalanan jauh itu atmosfir bertidak sebagai reaktor kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain, uap air dan energi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan bereksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfir menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama air hujan yang dikenal hujan asam.

Hujan asam mempunyai andil besar dalam berbagai kerusakan baik itu di lingkungan biotik maupun abiotik


Referensi : www.chem-is-try.org 

Tidak ada komentar:

Materi Geografi Kelas 11 SMA KurMer

Semester 1 Posisi Strategis Indonesia dan Potensi Sumber Daya Alam Letak Indonesia Secara Astronomis Luas Wilayah Indonesia Batas Wilayah In...